Lima sebab timbulnya rasa Cinta seorang hamba kepada Allah SWT


Bagi penempuh jalan menuju Allah SWT atau dikenal dalam Ilmu Tasawuf atau Thariqah atau Ilmu ke-shufi-an itu disebut sebagai Pesuluk atau suluk,  salik  yang melakukan suluk, akan mengenal yang namanya Cinta kepada Allah Ta'ala. Dan untuk dapat mengenal Cinta kepada Allah Ta'ala, Al-Imam Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali At-Thusi, dalam kitabnya Ihya 'Ulumuddin. beliau telah melihat dan menyebutkan sebab-sebab yang dapat menimbulkan Mahabbah atau rasa Cinta kepada Allah Ta'ala itu dalam lima keadaan. Adalah;

Pertama, kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri, ke-kekalan, dan terhadap kesempurnaan serta kelanggengan hidupnya. Orang yang telah mengenal dirinya dan Allah SWT dengan ma'rifah yang benar, ia akan mencintai Allah Ta'ala atau dapat menimbulkan rasa cintanya kepada Allah Ta'ala. Hal ini karena ia telah mengenal bahwa hanya Allah yang dapat menuruti harapan kecintaannya pada dirinya.

Kedua, kecintaan dirinya kepada yang berbuat baik terhadap dirinya. Orang yang telah mengenal Allah dengan ma'rifah yang sesungguhnya akan mencintai Allah SWT, karena itu ia mengerti bahwa yang telah berbuat baik terhadap dirinya adalah Allah Ta'ala.

Ketiga, kecintaan dirinya kepada yang berbuat baik terhadap segala sesuatu. Kecintaan dirinya ini menghendaki atau dapat menumbuhkan rasa cintanya kepada Allah Ta'ala, karena sesungguhnya Allah berbuat baik terhadap seluruh makhluk-Nya.

Keempat, kecintaan dirinya kepada setiap yang indah karena keindahan itu sendiri. Bukan karena keuntungan lain yang dapat diperoleh daripadanya dibalik dari mengetahui keindahan. Seseorang yang telah mengenal Allah Ta'ala dengan ma'rifah yang sebenarnya, hatinya akan dapat melihat bahwa Allah adalah yang paling indah dari seluruh keindahan yang ada, oleh sebab itu ia pasti akan mencintai-Nya.

Kelima, cinta yang timbul karena saling menyesuaikan. Seseorang yang mencintai orang lain itu cenderung karena kesesuaian (kecocokan). Orang yang berilmu lebih banyak cenderung kepada orang yang berilmu juga, anak kecil saling mengasihi sesama anak kecil dan orang dewasa berkasih sayang dengan sesama orang dewasa, bahkan burung pun saling berkasih sayang dengan sesama jenisnya. Maka dari itu saling mengenal adalah karena saling menyesuaikan.

Manusia yang baik maka akan mempunyai sifat-sifat yang baik. Apabila dilihat dari kacamata bathiniah sifat-sifat baik manusia mempunyai kesesuaian dengan sifat-sifat Allah SWT. Inilah esensi dari wujud  ke Ilahiah-an didalam diri seorang Shufi, karena hanya orang-orang yang berjalan menuju kepada Allah SWT saja yang dapat membuka sirr atau rahasia tersebut. Kesesuaian ini tidaklah kelihatan melainkan dengan membiasakan diri untuk selalu melakukan ibadah-ibadah kepada Allah Ta'ala dengan sebenar-benarnya.

Disarikan dari buku "Mahabbah Cinta Rabi'ah Al-Adawiyah".

KholiliNulis| Jurang Mangu Barat. Jum'at, 21 Juni 2019|15:08 WIB.
_________________________
Pustaka: Mahabbah Cinta Rabi'ah Al-Adawiyah, (Asfari MS & Otto Sukatno CR, -Cet. 1 -Yogyakarta, Narasi-Pustaka Prometheus, 2017). hlm. 44-45.

Post a Comment

0 Comments