Pandangan Imam Ahmad Terhadap Tasawuf | Isnusa

Pandangan Imam Ahmad Terhadap Tasawuf

Isnusa - Beberapa kalangan sering menulis bahwa para imam fikih seperti Imam yang Empat (al-Aimmat al-Arba'ah), menganggap tashawuf sebagai ajaran yang sesat.

Klaim itu mereka kuatkan dengan menampilkan pandangan para Imam Mazhab yang mencela tashawwuf dan para pelaku. Tanpa dicerna kembali oleh para pembaca awam, klaim itu langsung diterima dan dianggap sebagai pendapat yang bersifat final.

Padahal, tanpa disadari, klaim yang dibangun itu didasarkan kepada kutipan yang tidak utuh dari pandangan para Imam Mazhab. Barangkali karena didorong oleh kebencian yang memuncak, para pembenci tashawwuf hanya mengambil potongan dari opini Imam Mazhab tentang tashawwuf sambil membuang potongan opini lainnya yang memuji tashawwuf.

Di antara ulama, yang pendapatnya diambil sebagian tentang tashawwuf adalah Imam Ahmad ibn Hanbal, pendiri Mazhab Hanbali dan penyusun kitab hadits Al-Musnad. Dengan memanfaatkan posisi Imam Ahmad yang dikenal sangat kokoh berpegang kepada sunnah, para pembenci tashawwuf memanfaatkan potongan opini Imam Ahmad dan membuang potongan lainnya.

Di antara ucapan Imam Ahmad tentang tashawwuf adalah nasihat beliau kepada puteranya, Abdullah:

يا ولدي عليك الحديث و إياك ومجالسة هؤلاء الذين سموا أنفسهم صوفية. ربما كان احدهم بأحكام دينه

Wahai anakku, tetaplah kamu mempelajari hadits dan berhati-hatilah dalam bergaul dengan mereka yang menamakan dirinya kaum sufi. Karena barangkali ada di antara mereka yang bodoh terhadap hukum agamanya.

Ucapan Imam Ahmad di atas disampaikan kepada anaknya, sebelum beliau mengenal para sufi. Begitu Imam Ahmad berkenalan dengan Abu Hamzah al-Baghdadi al-Sufi dan mengetahui bagaimana keadaan para sufi lainnya, pandangannya pun berubah. Ia berkata lagi kepada puteranya:


يا ولدي عليك بمجالسة هؤلاء القوم، فإنهم زادوا علينا بكثرة العلم والمراقبة والخشية والزهد و علو الهمة

Wahai anakku, tetaplah bergaul dengan mereka-mereka (kaum sufi itu) karena mereka telah mendorong kita untuk menambah ilmu, muroqobah (perasaan diawasi Allah), rasa takut, zuhud dan cita-cita yang tinggi (ridho Allah).

Abdi Kurnia Djohan (FB).
______________________________
Pustaka: 
  1. Syeikh Abdul Qadir Isa, Haqaiq ul-Tashawwuf.
  2. Syaikh Amin al-Kurdi, Tanwir ul-Qulub.

Post a Comment

0 Comments