Ketika Para Penjudi Bangkrut Oleh Gus Miek | Isnusa

Ketika Para Penjudi Bangkrut Oleh Gus Miek


Isnusa - Di Semarang, pernah ada surga perjudian yg dikenal sebagai NIAC, yg kemudian menjadi neraka perjudian setelah “dihancurkan” oleh Gus Miek. Begitu pula dgn BONANSA dan THR, yang terkenal memiliki bandar dan backing yg kuat.

Pada masa itu, sekitar tahun 1970-1972, orang-orang dari massa PPP (Partai Persatuan Pembangunan) gencar menggelar aksinya memberantas kemaksiatan di tempat-tempat ini, tapi selalu gagal, karena memang, tempat seperti NIAC memiliki backing yang tak bisa dianggap remah, baik backing fisik maupun politik.

Lalu bagaimana jika seorang Kyai atau “Santri Pesantren” turut masuk ke dalam tempat seperti ini? Apalagi ikut permainan-permainan judi?

Namun, orang seperti Gus Miek kerap menyambangi NIAC maupun THR, di sana ia turut bermain, dengan segala kelebihannya, ia mampu memenangkan hampir di setiap permainan sehingga membuat cukong-cukong itu menanggung kekalahan yg sangat besar.

Mungkin para Bandar ini tak takut dosa, apalagi ancaman-ancaman ayat Al-Qur'an, namun begitu tak dapat dipungkiri, yang mereka takutkan adalah kerugian, kebangkrutan dan akhirnya kapok. Pada akhirnya, tempat perjudian ini pun hancur dengan sendirinya, hancur dari dalam, hancur sebab para pelakunya kapok dengan judi, “dihancurkan” oleh Gus Miek.

Seperti biasanya, uang hasil kemenangan perjudian tak pernah dinikmatinya secara. pribadi maupun untuk keluarganya.

Pernah suatu ketika, setelah menang banyak sambil membawa satu kantong terigu penuh dengan uang hasil menang perjudian. Dan Gus Miek berkata kepada Shodiq, salah satu santrinya dari Pakunden-Blitar, 

“Kamu jangan ikut menikmati. Uang ini tidak bisa kita makan. Uang ini sudah ada yang berhak.”

Kemudian Gus Miek berkeliling naik becak, uang itu disebar di sepanjang jalan untuk para tukang becak dan penjual kopi di pinggir jalan.

Memang, walaupun Gus Miek banyak bertingkah ‘khariqul-adah’ (di luar kebiasaan/nyeleneh). Ia sangat keras melarang pengikutnya untuk menirukan tingkah lakunya, seperti bergaul dgn orang-orang ‘dunia hitam’. Ia tetap memerintahkan santrinya untuk shalat dan menghindari maksiat.

Khususon Gus Miek Al-Fatihah...


Post a Comment

0 Comments