Dua Perspektif tentang 'Iblis' yang jarang dibahas dalam literatur


Selama ini, kita selalu mendapat narasi tentang Iblis sebagai figur yang angkuh dan merasa paling benar. Di dalam beberapa kitab tafsir diriwayatkan bahwa sikap Iblis merasa paling benar itu adalah karena ia diangkat sebagai imam shalat bagi para malaikat karena ketekunannya beribadah.
Di antara ayat yang menjelaskan sikap angkuh Iblis itu adalah:

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسۡجُدَ إِذۡ أَمَرۡتُكَۖ قَالَ أَنَا۠ خَیۡرࣱ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِی مِن نَّارࣲ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِینࣲ. {الأعراف : ١٢}.

Allah berfirman:
“Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
[Surat Al-A'raf 12]

Tapi sayangnya, narasi tentang penggambaran Iblis itu tidaklah utuh. Iblis hanya digambarkan sebagai sosok yang bangga dengan kebaikan yang dilakukannya. Kita melupakan narasi lain tentang sifat Iblis yang disebut di dalam surat al-A'rāf sebagai sosok yang bangga dengan kutukan yang diterima dan pendendam. Ayat berikut menjelaskan penggambaran yang dimaksud:

قَالَ فَبِمَاۤ أَغۡوَیۡتَنِی لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَ ٰ⁠طَكَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ. 
{الأعراف : ١٦}.

(Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,."
[Surat Al-A'raf 16]

Dalam bahasa gaul, Iblis seakan berkata, "emang gue sesat, gue terkutuk. Tapi, entar loe liat gimana balasan gue!"
Ketika diusir dari surga Iblis memang menangis, seperti dihikayatkan oleh Syaikh Muhammad al-Khathib al-Syirbini di dalam mukaddimah Mughni al-Muhtâj. Tapi, tangis Iblis itu bukanlah tangis penyesalan sebagaimana dilakukan orang tua kita, Nabi Adam alaihissalām dan Ibu Hawa.

Tangis Iblis adalah tangis amarah dan dendam. Marah karena jabatan bergengsinya sebagai imam bagi para malaikat dicabut. Dendam, karena statusnya sebagai penduduk surga hilang gegara  harus sujud kepada Adam.
Kita bisa membaca amarah dan dendam itu, dari penuturan Syaikh al-Syirbini di atas yang melanjutkan bahwa Iblis menangis karena tiga sebab:

Pertama, Karena diusir dari surga.
Kedua, Karena lahirnya Rasulullāh Muhammad shollallāhu 'alayhi wa sallam;
Ketiga, Karena turunnya surat al-Fatihah kepada kanjeng Nabi SAW.

Dari tambahan penjelasan di atas, tidaklah cukup bagi kita menyimpulkan bahwa sifat Iblis itu hanya dari aspek, berbangga dengan ibadah yang dilakukannya sehingga dia merasa lebih baik.

Penjelasan Syaikh al-Syirbini di atas memberi penegasan lain. Bahwa termasuk juga ke dalam sifat Iblis adalah dengki dengan rahmat yang Allah berikan kepada orang lain. Dan jika dengki ini dijadikan sebagai variabel, tentu kita semua mempunyai potensi untuk menjadi pendengki. Dan di antara kedengkian yang mengerikan adalah dengki melihat orang berubah menjadi saleh, lalu disebarlah fitnah bahwa Iblis juga pernah lebih saleh daripada itu. Naudzu billāh...

Abdi Kurnia Djohan (FB) | Islam Nusantara ISNUSA | 17:16 WIB.
_________
Baca Juga : Pemimpin Pertama Di Bumi

Post a Comment

0 Comments