Mengenal Kutubus Sittah (Enam Kitab) Hadits Pokok.

isnusa.blogspot.com - Didalam mempelajari Ilmu agama, terdapat berbagai macam cabang keilmuan untuk dipelajari. Ada ilmu Fiqih, Ushul Fiqih, Ushuluddin, Tasawuf, Al-Qur'an dan banyak lagi. Dan diantaranya adalah Ilmu tentang Hadits, inilah Kutubus Sittah (enam kitab Hadits) yang pokok.

1. SHAHIH BUKHORI
Disusun oleh Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughiroh bin Bardizbah Al-Ja’fi Al-Bukhori. Dilahirkan pada hari Jum’at, 13 Syawal 194 H di kota Bukhara (Uzbekistan).

Pada usianya yang relatif muda,  beliau sudah mampu menghafal tulisan beberapa 'ulama ahli hadits yang ada di negrinya. Dan pada usia ± 16 tahun pula, beliau pergi ke Makkah bersama ibu dan saudaranya untuk melaksanakan ibadah haji pada tahun 210 H, dan selanjutnya tinggal di Madinah dan menulis sejarah yang terkenal "Tarikh al Kabir".

Imam Bukhori tergolong orang yang memiliki sifat penyabar dan memiliki kecerdasan yang jarang dimiliki oleh orang lain. Kecerdasan dan ketekunan dalam mempelajari hadits itulah kemudian beliau diberi gelar Amir al Mu’minin Fi Al-Hadits, oleh 'ulama-'ulama ahli hadits pada zamannya. Di samping sifatnya yang penyabar dan memiliki kecerdasan itu, beliau juga terkenal mempunyai sifat Wara’ dalam menghadapi kehidupan, dan ahli ibadah.

Al-Imam Al-Bukhori menghafal 100.000 hadits shahih dan 200.000 hadits yang tidak shahih, suatu kemampuan menghafal yang jarang ada tandinganya. Salah satu karya besar yang monumental yang ditulis oleh Imam Bukhori adalah kitab Jami’ As-Shahih yang dipersiapkan selama 16 tahun. Ketika hendak memasukkan hadits ke dalam kitab ini, ia sangat berhati-hati. Hal ini terlihat setiap ia hendak mencantumkan hadits dalam kitabnya, selalu didahului mandi, berwudlu, dan shalat istikhoroh meminta petunjuk kepada Allah tentang hadits yang ditulisnya.

Imam Bukhori menyatakan:

"Saya tidak memasukkan dalam kitab Jami’ ku ini kecuali yang shohih saja."

Jumlah hadits dalam kitab Jami’ itu sebanyak 7.397 hadits dengan ditulis secara berulang, dan tanpa diulang sebanyak 2.602 hadits yaitu hadits yang mu’allaq, muttabi’ dan mauquf.

Dalam teknis penulisanya, Imam Bukhori membuat bab-bab sesuai dengan tema dan materi hadits yang akan ditulisnya. Dan setelah selesai menulis kitab Shahihnya, Beliau memperlihatkanya kepada Imam Ahmad Ibn Hanbal, Ibn Ma’in, Ibn al-Madani, dll dari kalangan ulama’-ulama’ hadits terdahulu. Dan mereka semuanya (para ahli hadits) menilai bahwa hadits-hadits yang terdapat di dalamnya, kualitasnya tidak diragukan, kecuali empat buah hadits saja dari sekian banyak hadits yang memerlukan peninjauan ulang untuk dikatakan sebagai hadits shahih. 


Imam Bukhori wafat di desa Khartank kota Samarkand pada tanggal 30 Ramadhan 256 H.

2. SHAHIH MUSLIM
Nama lengkap beliau adalah Muslim Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi. Dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H. Sejak masih kecil, beliau sudah mulai tertarik untuk menuntut ilmu. Berbagai tempat telah dikunjunginya untuk memenuhi kegemaranya tersebut.

Imam Muslim menerima hadits dari beberapa orang gurunya, disamping itu pula beliau menerima dari Imam Bukhori sendiri, selanjutnya karir intelektualnya mengikuti Imam Bukhori terutama dalam menulis kitab shahihnya. Hubungan keduanya sangat dekat.

Salah satu kitab hadits karya Imam Muslim, dikenal dengan sebutan Shahih Muslim, beliau tulis selama 12 tahun. Jumlah hadits yang terdapat dalam kitab ini, tanpa diulang-ulang sebanyak 3.030 hadits, dan jumlah keseluruhanya adalah 10.000 hadits.

Imam Muslim menyatakan tentang kitab shahihnya : 

"Aku tidak meletakkan sesuatu (riwayat) dalam kitabku ini, kecuali yang dapat dijadikan hujjah, dan aku tidak menggugurkan sesuatu (riwayat) yang ada dalam kitabku ini kecuali berdasarkan hujjah."

Sedangkan perjalanan karir Imam Muslim dalam mempelajari tentang hadits telah dirintis sejak kecil, yaitu sejak tahun 218 H. Upaya penelusuran hadis tidak terbatas pada wilayah melalui perjalanan panjang dan melelahkan, melainkan juga beliau banyak menemui guru, yaitu para ahli hadits yang beliau terima periwayatannya dari mereka. Maka dengan bekal semangat, kesabaran dan ketulusan yang tinggi, dan beliau lakukan hal itu dengan tekun hingga tercapainya tujuan.

Wilayah yang beliau kunjungi diantaranya; Baghdad, Hijaz, Syam, Mesir, Khurasan, Naisaburi, dan lainnya. Imam Muslim selama hidupnya telah cukup banyak menyumbangkan buah pikiran dalam dunia ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan hadits. Beliau wafat pada tahun 261 H di Naisabur.

Sebagai bahan perbandingan, kebanyakan para 'ulama hadits berpendapat bahwa kitab Shahih Bukhori lebih tinggi derajatnya dibanding dengan derajat kitab Shahih Muslim.

Salah satu yang menjadi alasanya adalah bahwa Imam Muslim terkadang meriwayatkan hadits dari Imam Bukhori, sedangkan Imam Bukhori tidak meriwayatkan hadits dari Imam Muslim.

3. SUNAN ABU DAWUD
Nama lengkap Imam Abu Dawud adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq As-Sijistany. Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahiranya, yaitu di Sijistan (terletak antara Iran dan Afganistan). Dilahirkan di kota tersebut, pada tahun 202 H (817 M).

Diantara deretan 'ulama-'ulama yang telah diambil haditsnya, antara lain Sulaiman bin Harb, ‘Utsman bin Abi Syaibah, Al-Qa’naby dan Abu Walid At-Thayalisy.

Diantara karyanya yang terbesar dan sangat berfaedah bagi para mujtahid ialah kitab Sunan, yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Abi Dawud.

Beliau mengaku telah mendengar hadits dari Rasulullah SAW sebanyak 500.000 buah. Dari jumlah itu beliau seleksi dan ditulis dalam kitab Sunannya sebanyak 4.800 buah.

Beliau berkata :

”Saya tidak meletakkan sebuah hadits yang telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkannya. Saya jelaskan dalam kitab tersebut nilainya dengan shahih, semi shahih (yushibuhu), mendekati shahih (yuqoribuhu), dan jika terdapat dalam kitab saya yang wahnun syadidun (sangat lemah) saya jelaskan. Adapun yang tidak kami beri penjelasan sedikit pun, maka hadits tersebut bernilai shahih dan sebagian dari hadits yang shahih ini ada yang lebih shahih daripada yang lain".

Para 'ulama telah sepakat menetapkan beliau sebagai hafidz, pemilik ilmu yang melimpah, muhaddits yang terpercaya, Wira’i, dan mempunyai pemahaman yang tajam, baik dalam ilmu hadits maupun lainnya.

Imam Ghazali memandang cukup, bahwa kitab Sunan Abu Dawud itu dibuat pegangan bagi para mujtahid.
Beliau wafat pada tahun 275 H (889 M) di Bashrah.

4. SUNAN AT-TURMUDZI
Nama lengkap Imam Turmudzi / Tirmidzi adalah Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Surah adalah seorang muhaddits yang dilahirkan di kota Turmudz, sebuah kota kecil di pinggir Utara Sungai Amuderiya, disebelah Utara Iran.

Beliau dilahirkan di kota tersebut pada bulan Dzulhijjah tahun 200 H (824 M). Imam Bukhori dan Imam Turmudzi, keduanya satu daerah, sebab Bukhara dan Turmudzi adalah satu daerah dari daerah Warauhan-nahar.

Beliau mengambil hadits dari para 'ulama hadits ternama seperti; Imam Qutaibah bin Sa’id, Imam Ishaq bin Musa, Imam Bukhori dan lain-lainnya. 

Beliau menyusun kitab Sunan dan kitab I’Ilalul Hadits. Kitab ini bagus sekali, banyak faedahnya dan hukum-hukumnya lebih tertib. Setelah selesai kitab ini ditulis, menurut pengakuan beliau sendiri, dikemukakan kepada 'ulama-'ulama Hijaz, Irak dan Khurasan, dan 'ulama tersebut meridhainya serta menerimanya dengan baik. Pada akhir kitabnya beliau menerangkan, bahwa semua hadits yang terdapat dalam kitab ini adalah ma’mul (dapat diamalkan).

Tidak seperti kitab hadits Imam Bukhori atau Imam Muslim dan lainnya, kitab Sunan Tirmidzi ini dapat dipahami oleh siapa saja, yang memahami bahasa arab tentunya. Imam Tirmidzi bertolak pada dasar apakah hadits itu dipakai oleh Fuqoha' (ahli fiqh) sebagai hujjah (dalil) atau tidak.

Beliau wafat di Turmudz pada akhir Rajab tahun 279 H (892 M).

5. SUNAN AN-NASA’I
Nama lengkap Imam An-Nasa'i adalah Abu ‘Abdirrahman Ahmad bin Sya’aib bin Bahr. Nama beliau dinisbatkan kepada kota tempat beliau dilahirkan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H, di kota Nasa yang masih termasuk wilayah Khurasan. Beliau seorang muhaddits yang pintar, wira’i, hafidz lagi takwa, dan memilih Negara Mesir sebagai tempat untuk bermukim dalam menyiarkan hadits-hadits kepada masyarakat. Menurut sebagian pendapat dari Muhaddits, beliau lebih hafidz daripada Imam Muslim.

Guru-guru beliau antara lain: Imam Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim dan Imam-imam hadits dari Khurasan, Hijaz.

Karya beliau yang utama adalah Sunan Kubro, yang akhirnya terkenal dengan nama Sunan An-Nasai. Kitab ini adalah kitab Sunan yang muncul setelah Shahihain yang paling sedikit hadits dha’ifnya, tetapi paling banyak perulangannya.

Setelah Imam An-Nasa’i selesai menyusun kitab Kubro nya, beliau langsung menyerahkanya kepada Amir Ar-Ramlah.

Kata sang Amir: "Wahai Abu ‘Abdurrahman, apakah hadits-hadits yang saudara tuliskan itu shahih semuanya?"

"Ada yang shahih ada yang tidak." Jawab beliau.

"Kalau demikian,” kata sang Amir.

”Pisahkanlah yang shahih-shahih saja.”

Atas perintah Amir ini, maka beliau berusaha menyeleksinya, kemudian dihimpunnya hadits-hadits pilihan ini dengan nama Al-Mujtaba (pilihan).

Beliau wafat pada hari Senin, tanggal 13 bulan Shafar, tahun 303 H (915 M), di Ar-Ramlah. Menurut suatu pendapat, meninggal di Mekkah, yakni disaat beliau mendapat percobaan di Damsyik, meminta supaya dibawa ke Mekkah, sampai beliau meninggal dan kemudian dikebumikan di suatu tempat antara Shafa dan Marwah.

6. SUNAN IBNU MAJAH
Nama lengkap Imam Ibnu Majah adalah Abu ‘Abdillah bin Yazid Ibnu Majah. Beliau dilahirkan di Qazwin pada tahun 207 H atau tahun 824 M.

Sebagaimana halnya para Muhadditsin dalam mencari hadits-hadits memerlukan perantauan ilmiah, maka beliau pun berkeliling di beberapa negeri, untuk menemui dan berguru hadits kepada para 'ulama hadits.

Dari tempat perantauanya itu, beliau bertemu dengan murid-murid Imam Malik, dan dari beliau-beliau inilah Imam Ibnu Majah banyak memperoleh hadits-hadits.
Hadits-hadits beliau banyak diriwayatkan oleh orang-orang banyak. Beliau menyusun kitab Sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Ibnu Majah. Kitab Sunan susunan beliau ini, merupakan salah satu Sunan yang empat. Dalam hadits ini terdapat hadits dha'if, bahkan tidak sedikit hadits yang mungkar. Al-Hafidz Muzy berpendapat, bahwa hadits-hadits gharib yang ada dalam kitab ini, kebanyakan adalah hadits dha’if. Karena itulah para 'ulama mutaqoddimin memandang, bahwa kitab Muwatho’ Imam Malik menduduki pokok kelima, bukan Sunan Ibnu Majah ini.

Beliau wafat hari Selasa, bulan Ramadhan, tahun 273 H = th 887 M.

Wallahu a'lam. (Dofar Farhas)

Sabtu, 29 Juni 2019 | 09.00 WIB | ISNUSA.

Post a Comment

0 Comments