Akhlakul Karimah Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi | Isnusa

Akhlakul Karimah Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi

Isnusa - Mengetahui  Raja Richard the Lion Heart jatuh sakit, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi segera mengganti pakaiannya dan menyiapkan semua alat kedokteran yang dia butuhkan untuk mengetahui penyakit Raja Richard.

Selain dikenal sebagai seorang Raja yang berani, Shalahuddin al-Ayyubi juga dikenal sebagai seorang dokter. Kemampuannya mengobati penyakit sudah dikenal luas rakyatnya.

Bersama dengan pengawalnya, Sultan Shalahuddin menyamar sebagai sebagai dokter kampung, menuju perkemahan yang dihuni Raja Richard. Setelah melalui pemeriksaan, Shalahuddin dan pengawalnya pun berhasil mendekati tenda yang dihuni Raja Richard. Ia pun harus menunggu beberapa saat sebelum diizinkan masuk.

Setelah mendapat isyarat dari pengawal tenda, Sultan Shalahuddin yang menyamar itu pun akhirnya bisa masuk ke dalam tenda. Dipandanginya wajah Raja Richard yang lesu karena sakit yang dideritanya. Bulir-bulir keringat dingin tampak keluar dari wajahnya karena virus yang mendera tubuhnya.

Dengan sigap Sultan Shalahudin meminta agar ia dibiarkan berdua dengan Sang Raja. Para pengawal, termasuk ajudan Sultan Shalahuddin pun keluar dari peraduan Sang Raja. Telapak tangan Sultan Shalahuddin pun mulai meraba bagian-bagian tertentu tubuh Raja Richard. Shalahudin pun mengeluarkan obat yang diraciknya untuk menyembuhkan sakit sang Raja.

Setelah meminum obat itu, Raja Richard mengungkapkan bahwa tubuhnya sudah merasa enak karena obat yang diberikan Shalahuddin. Sampai esok hari, Shalahuddin menunggu perubahan dari Raja Richard. Sampai hari ketiga, tubuh Raja Richard berangsur pulih. Ia pun memanggil Shalahudin untuk menyampaikan ucapan terima kasihnya.

Ketika akan bertanya tentang asal usul Shalahuddin, Shalahuddin meminta agar pembicaraan itu terjadi di antara Raja Richard dan Shalahudin saja. Tidak boleh ada orang lain di antara mereka berdua. Raja Richard yang masih lemah itu pun mengabulkan permintaan Shalahuddin. Ia pun kemudian melanjutkan pertanyaan tentang asal usul Shalahuddin.

Shalahuddin pun menjawab sambil mendekat kepada Raja.

"Aku adalah Shalahuddin al-Ayyubi, musuh besar paduka, dari kaum muslimin!"

Raja Richard pun kaget, mendengar jawaban itu, ia pun merespon,

"Kenapa anda tidak bunuh saya di sini. Ini kesempatan anda untuk memenangkan peperangan?!" 

Dengan tersenyum Shalahuddin menjawab, "Paduka, bukan akhlak seorang muslim menghabisi musuh yang sudah lemah. Aku hanya ingin paduka sehat kembali. Dan kita bertemu lagi di medan perang."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Shalahudin pun pamit dari hadapan Raja Richard. Mereka berdua kembali bertemu dalam Perang Salib, yang mempertemukan kekuatan Eropa dan Arab. Dalam kisah Robin Hood, nama Saladin (Shalahudin) diabadikan sebagai teman Raja Richard.

"Saya lupa dari mana sumber kisah ini, tapi kisah ini masih terngiang-ngiang di memori saya."

Teladan yang ditunjukkan oleh Sulthan Shalahudin al-Ayyubi di atas mengajarkan kepada umat Islam tentang bagaimana berakhlak kepada musuh. Di medan perang, dua orang bisa saja bermusuhan karena ada kepentingan masing-masing yang dibela. Walaupun begitu, perang bukan berarti meniadakan kemanusiaan. Musuh tetaplah manusia yang diberi kemuliaan oleh Allah.

Pengalaman Sultan Shalahuddin itu kontras dengan kenyataan yang saya temui dari orang-orang yang telapak tangannya selalu diciumi dan foto-fotonya dipasang di spanduk setiap majelis.

Saya memahami bahwa suka dan benci itu berada di wilayah privat seseorang, siapapun tidak bisa mengintervensi urusan suka dan benci. Tapi, ketika benci itu dipropagandakan secara luas, maka di sini kita tidak bisa mengatakan bahwa itu tetap urusan privat.

Persoalan itu akan menjadi persoalan bersama karena disuarakan di muka khalayak. Jika sudah demikian, penebar kebencian itu tidak bisa menolak kritik dan penghakiman secara sosial. Ia akan dianggap sebagai orang yang pantas dibenci karena kebencian yang disebarkannya. (Abdi Kurnia Djohan)

Post a Comment

0 Comments